free counters
gravatar

Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS

Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS (1)

Mengisi Otak Kiri Seimbang dengan Otak Kanan

Sukses tidak datangdengan tiba-tiba. Juarajuga bukan bawaan lahir.

Prestasi besar itu selaludiukir melalui serentetanusaha keras, keuletan,ketekunan, dan spiritpantang menyerah. Itulahyang membuat bocah-bocah Indonesiatersenyum merekah diarena The 17th

International Conferenceof Young Scientists

(ICYS) di Hotel Inna

Grand Bali Beach,

Denpasar, 12-17 April

2010 lalu.

MEREKA itu anak-anak hebat, yang diseleksi dengan hebat, yang di-support dengan hebat, lalu dibina dan diarahkan dengan hebat pula. Hasilnya, bukan main hebatnya! Merah Putih paling sering berkibar di arena lomba penelitian anak-anak Pelajar SMA se dunia itu. Berkali-kali bulu ku-duk dibuat merinding oleh kehebatan prestasi mereka.

Bukan main-main, mereka mengalahkan negara-negara yang sudah punya tradisi science lebih lama, seperti Jerman, Polandia, Ukraina, Kroasia, Rusia, Belanda,dan lainnya. "Indonesia mengulang sukses menjadi yang terbaik, juara umum, seperti tahun lalu, ICYS ke-16 di Pszcyna, Polandia," aku Prof Suyanto PhD, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional kepada INDOPOS.

Ada tujuh medali emas, satu perak, dan tiga perunggu yang berhasil dibukukan bocah-bocan kita. Jerman di peringkat kedua, hanya dua emas, satu perak, dan empat perunggu. Sedang Rusia di posisi ketiga, dua emas, satu perak, dan tiga perunggu.

Ke-7 emas itu disumbangkan oleh Florencia Vanya Vaniara (SMA Santa Laurcncia Serpong, Banten)/Evelyn L.Wibowo dengan judul penelitian "Effect of Stem Cell and Mangosteen Peel Extact on Abnormal Cells".

Lalu. Muhammad Kautsar (SMAN 6 Jogjakarta)/Dian Sar-tika Sari/Dhicha Putri Maharani/ Hidayu Permata Hardi dengan judul "Sweitenia Oil The Use of Mahagony Seed os Bio-Oil Alternative and The Use of Production Waste as Electris Mosquito Repellent".

Lalu Oki Novendra (SMAN 1 Bogor) dengan penelitian berjudul "Mathematical Explanation on the Death of Michael Jackson". Kemudian. Dwiky Rendra Graha Subekti (SMATheresiana 1 Semarang) dengan judul penelitian "Big Match Suka Kelor Caramel vs Malnutrition", Sonny Lazuardi N (SMAN 5 Bandung) dengan judul "Portable Protection Everywhere", Miftah Yama Fauzan (SMAN 1 Sidoarjo) dengan judul "Development of Smart Electric Gun with Adaptive Bullet Speed", dan Andreas Widi Purnomo (SMA Santa Laurensia Serpong, Banten)/Aldo Vitus Wirawan dengan judul penelitian "Green Energy Source Centripetal Water Turbine".

Reputasi anak-anak cerdas Indonesia tidak hanya di Bali saja. Di even internasional lain, mereka selalu menguasai perolehan medali. Apa yang bisa "dibaca" dari rangkaian prestasi dunia tersebut?

Pertama, potensi kemampuan dan kecerdasan anak-anak muda negeri ini tidak kalah dibandingkan dengan Eropa, AS, dan Asia. Bahkan, jika berkali-kali menjadi juara umum, itu sudah bisa dikatakan, lebih hebat dari negaramanapun. Kedua, sekolah-sekolah sudah memberikan support yang optimal bagi mereka untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, kualitas guru pembimbing dan teknik mengajar mereka semakin efektif. Keempat, atmosfer kompetisi dan adu kreativitas anak-anak muda semakin kondusif. Dalam suasana seperti inilah yang dibutuhkan untuk maju dan berkembang.

Kelima, kebijakan di manajemen pendidikan dasar dan menengah Kemendiknas semakin memperlihatkan impact-nya. Dorongan untuk go international, tidak hanya menjadi jago kandang atau katak dalam tempurung kian terbukti. Mereka tidak hanya hebat secara internal, juga terbukti canggih di arena persaingan kreativitas anak-anak muda dunia.

Bukan hanya prestasi science-nya yang membanggakan, tetapi mereka bisa menjadi bibit-bibit unggul yang akan membantu membangun negeri. Menjadi ujung tombak pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan memberi peluang-peluang pekerjaan baru di masa depan. Tetapi, potensi-potensisuper itu harus dirawat dengan konsistensi. Mereka harus mendapatkan ruang yang lebar untuk tetap nyaman berkarya, berinovasi, berkreasi, dan berkembang.

Kalau bibitnya sudah hebat* idealnya out put-nya juga hebat. Tetapi, ada variabel lain yang turut menentukan nasib dan masa depan mereka. Apakah mereka masih tetap konsisten dengan karya-karya inovatifnya? Atau, salah arah dan kehilangan kendali? "Itulah pentingnya lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Selain lingkungan akademis di sekolah. Karena itu. peran orang tua dan teman bermain memberi andil besar bagi anak-anak hebat tersebut," ucap Prof Suyanto PhD.

Mantan rektor UNY Jogjakarta itu meyakini, banyak bibit unggul di negeri ini yang hebat-hc-bat. Karena. Tuhan menciptakan manusia ini dengan sebaran dan kualitas dasar yang merata. Jika disentuh dengan lingkungan keluarga dan sosial yang kondusif, mereka akan semakin dahsyat. Yang dibutuhkan adalah lingkungan yang mendorong mereka untuk bergairah untuk berlatih, berusaha keras, dan terus belajar.

Gary Provost dalam buku " 100

Ways to Improve Your Writing" mencontohkan keahlian menulis itu 10 persen karena bakat, sisanya 90 persen karena berlatih dan belajar. Kemauan, jauh lebih penting dan menentukan dan kemampuan. Sama halnya dengan maestro musik jazz. Bill Amir-sjah-Rondahaim Saragih Garing-ging, yang lahir di di Sindar Ra* ya, Simalungun. Sumatera Utara, 1 Januari 1933. Dia malah menyebut, dalam bermusik pun, bakal itu hanya 1 persen, sisanya 99 persen adalah berusaha.

Apalagi, kalau bakat dari dalam sudah punya, semangat dari lingkungan sosial dan keluarganya searah dengan minat dan bakarnya? Tentu akan menghasilkan resultant yang serba super. Prof Suyanto pun selalu mengingatkan orang tua anak-anak hebat hasil seleksi jutaan siswa yang akan diikutkan dalam olimpiade fisika, kimia, matematika, biologi, lingkungan, dan lainnya, agar tetap menjaga keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Antara kegiatan berpikir dan rno-torik, antara fisik dan nonfisik.

Seperti yang dilakukan Prof Suyanto PhD dan Dr Didik Suhardi SH, Msi, Direktur SMP saat memberikan sambutan pe-nutupan persiapan olimpiade internasional buat anak-anak SMP di P4TK. Bandung, pekan lalu. Mereka beberapa bulan di camp, di Kota Bunga tersebut. "Saya bangga, dan senang melihat ekspresi kalian, setelah lolos dan mewakili Indonesia di arena internasional," ucap pria asal Nganjuk. Jawa Timur, ini.

Anak-anak SMP itu kelihatan lepas, tidak canggung, bahkan bisa bernyanyi bersama lagu "Laskar Pelangi" -nya Nidji. Dirjen yang hobi mengenakan batik itupun bertanya, "Siapa yang punya stok nyanyian lebih dari 10 lagu?" Tak satu pun yang menunjuk jari. Mereka saling memandang teman-temannya. Dirjen pun berkata. "Hebat, berarti Anda punya stok lebih dari 20 lagu ya?" Audience pun tertawa mendengar kesimpulan yang dipelesetkan itu.

Dirjen balik bertanya/Kalau 5--10 lagu? Ada yang hafal?" Anak-anak SMP yang sudah menjalani pembinaan khusus itu pun terdiam, ada yang menyembunyikan muka, tersenyum, saling menunggu. Suyanto pun menambah satu pertanyaan lagi, "Kalau satu lagi saja? Siapa yang bisa? Tunjuk jari!" Masih saja tidak ada yang mengacungkan jari. Maka, pertanyaan berikutnya diluncurkan. "Siapa yang tidak bisa menyanyi sama sekali, satu lagu pun?" Itu juga tidak dijawab!

"Halo? Apakah ada orang di depan saya? Apa ada yang tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia?" tanya Suyanto yang disambut tertawa. Anak-anak SMP terpilih itu anak pintar, ber-IQ tinggi, sudah teruji lolos ujian, pilihan dari jutaan anak. Tetapi, menjawab pertanyaan sepele soal kemampuan menyanyikan sebuah lagu saja, (idak sanggup?

Itu yang disebut Suyanto, tidak seimbang. Di forum itu dia mengingatkan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid agar mengaktifkan otak kanan, imajinasi, seni, dan humor pada anak-anak itu. "Tiga tahun lalu, di tempat ini. saya menyalami juara-juara olimpade juga. Mereka tanpa ekspresi, tidak tersenyum, apalagi tertawa, tangannya dingin, seperti mumi saja!" ucap

Suyanto.

"Mereka harus belajar aspek lain, dengan motivasi tinggi dan smart, agar tidak hanya menjadi jagoan science dan matematika. Otak kiri kalian, tidak diragukan lagi. Nah, otak kanannya juga harus diasah, agar menjadi manusia yang utuh dan mampu memperbaiki indeks pembangunan manusia Indonesia, atau HDL" katanya.

Bukan Prof Suyanto kalau tidak bisa membuat anak-anak "kutu buku" itu terpingkal-pingkal. Dia menjelaskan, jika mereka juara olimpiade, akan memperoleh beasiswa di sekolah manapun yang dia suka. Termasuk, jika di SMA juara olimpiade, juga berhak melanjutkan ke mana saja, di dalam dan luar negeri dengan gratis.

"Saya ingin tahu, siapa yang ingin melajutkan sampai S-3?" tanya Suyanto. Anak-anak itu kembali tidak menjawab. "Yang ingin sampai S-2? Atau Master?" katanya. Itu pun sulit dijawab. "Kalau yang ingin sampai lulus di S-l saja?" tanyanya. Pertanyaan ketiga pun, rupanya susah memperoleh respons audience yang rata-rata jagoan matematika. Fisika, kimia itu.

Suyanto pun, dengan intonasi yang lebih tinggi bertanya, "Kalau yang hanya ingin lulus SMA saja? Boleh tunjuk jari?" Beberapa saat Suyantp mengamati sayap kanan dan kiri. Tidak ada yang mengacungkan jari, apalagi sambil berdiri. "Kalau begitu, selamat. Anda sudah mensukseskan Wajib Belajar 9Tahun!" closing Suyanto, yang lagi-lagi membuat mereka berbahak-bahak. Karena Wajar 9 tahun itu adalah SD-SMP saja.

Dr. Bambang Indriyanto, sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, menambahkan, persiapan tim Indonesia memang sangat perfect. "Mereka membuktikan bahwa sains itu bukan hal yang menakutkan. Justru sebaliknya, menjadi hal yang mengasyikkan." tambahnya.

Bagaimana data prestasi anak-anak Indonesia sepanjang 2009? Ikuti sambungan laporan ini edisi besok, (don/bersambung)

Entitas terkait7th | Abnormal | Apakah | Audience | Bali | Bambang | Bill | Death | Development | Dian | Dirjen | Dorongan | Effect | Evelyn | ICYS | Ikuti | Indonesia | Indonesiatersenyum | IQ | Itulahyang | Jawa | Jerman | Juarajuga | Justru | Kemendiknas | Koki | Laskar | Mantan | Michael | Otak | Pertanyaan | Prestasi | Reputasi | Sindar | SMA | SMAN | SMP | Sukses | Sumatera | Suyanto | Suyantp | Tentu | Theresiana | Tuhan | Tunjuk | Ways | Wibowo | Adaptive Bullet | Anak Negeri | Arena ICYS | Dhicha Putri | Direktur SMP | Electris Mosquito | Gary Provost | Grand Bali | Hotel Inna | Improve Your | Karena Wajar | Kota Bunga | Mahagony Seed | Mathematical Explanation | Merah Putih | Muhammad Kautsar | Oil Alternative | Otak Kanan | Pelajar SMA | Portable Protection | Production Waste | Prof Suyanto | Rondahaim Saragih | Sedang Rusia | Stem Cell | The Use | UNY Jogjakarta | Wajib Belajar | Aldo Vitus Wirawan | Andreas Widi Purnomo | Balik Prestasi Internasional | Bukan Prof Suyanto | Dr Didik Suhardi | Florencia Vanya Vaniara | Hidayu Permata Hardi | Kementerian Pendidikan Nasional | Lalu Oki Novendra | Mangosteen Peel Extact | Menengah Kementerian Pendidikan | Miftah Yama Fauzan | SMA Santa Laurcncia | SMA Santa Laurensia | Smart Electric Gun | Sonny Lazuardi N | Dwiky Rendra Graha Subekti | International Conferenceof Young Scientists | Mengisi Otak Kiri Seimbang | Sweitenia Oil The Use | Big Match Suka Kelor Caramel | Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar | Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar | Green Energy Source Centripetal Water |
Ringkasan Artikel Ini
Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS (1). MEREKA itu anak-anak hebat, yang diseleksi dengan hebat, yang di-support dengan hebat, lalu dibina dan diarahkan dengan hebat pula. "Indonesia mengulang sukses menjadi yang terbaik, juara umum, seperti tahun lalu, ICYS ke-16 di Pszcyna, Polandia," aku Prof Suyanto PhD, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional kepada INDOPOS. Bukan hanya prestasi science-nya yang membanggakan, tetapi mereka bisa menjadi bibit-bibit unggul yang akan membantu membangun negeri. Jika disentuh dengan lingkungan keluarga dan sosial yang kondusif, mereka akan semakin dahsyat. Yang dibutuhkan adalah lingkungan yang mendorong mereka untuk bergairah untuk berlatih, berusaha keras, dan terus belajar. Prof Suyanto pun selalu mengingatkan orang tua anak-anak hebat hasil seleksi jutaan siswa yang akan diikutkan dalam olimpiade fisika, kimia, matematika, biologi, lingkungan, dan lainnya, agar tetap menjaga keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Seperti yang dilakukan Prof Suyanto PhD dan Dr Didik Suhardi SH, Msi, Direktur SMP saat memberikan sambutan pe-nutupan persiapan olimpiade internasional buat anak-anak SMP di P4TK. Dirjen yang hobi mengenakan batik itupun bertanya, "Siapa yang punya stok nyanyian lebih dari 10 lagu?" Anak-anak SMP yang sudah menjalani pembinaan khusus itu pun terdiam, ada yang menyembunyikan muka, tersenyum, saling menunggu. Di forum itu dia mengingatkan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid agar mengaktifkan otak kanan, imajinasi, seni, dan humor pada anak-anak itu. "Mereka harus belajar aspek lain, dengan motivasi tinggi dan smart, agar tidak hanya menjadi jagoan science dan matematika. Nah, otak kanannya juga harus diasah, agar menjadi manusia yang utuh dan mampu memperbaiki indeks pembangunan manusia Indonesia, atau HDL" katanya. Suyanto pun, dengan intonasi yang lebih tinggi bertanya, "Kalau yang hanya ingin lulus SMA saja?

http://kreasiprestasiindonesia.blogspot.com/. Diberdayakan oleh Blogger.

1000x60 Ads

1000x15 Ads

Flickr

Featured Content

Sabtu, 17 Juli 2010

Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS

Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS (1)

Mengisi Otak Kiri Seimbang dengan Otak Kanan

Sukses tidak datangdengan tiba-tiba. Juarajuga bukan bawaan lahir.

Prestasi besar itu selaludiukir melalui serentetanusaha keras, keuletan,ketekunan, dan spiritpantang menyerah. Itulahyang membuat bocah-bocah Indonesiatersenyum merekah diarena The 17th

International Conferenceof Young Scientists

(ICYS) di Hotel Inna

Grand Bali Beach,

Denpasar, 12-17 April

2010 lalu.

MEREKA itu anak-anak hebat, yang diseleksi dengan hebat, yang di-support dengan hebat, lalu dibina dan diarahkan dengan hebat pula. Hasilnya, bukan main hebatnya! Merah Putih paling sering berkibar di arena lomba penelitian anak-anak Pelajar SMA se dunia itu. Berkali-kali bulu ku-duk dibuat merinding oleh kehebatan prestasi mereka.

Bukan main-main, mereka mengalahkan negara-negara yang sudah punya tradisi science lebih lama, seperti Jerman, Polandia, Ukraina, Kroasia, Rusia, Belanda,dan lainnya. "Indonesia mengulang sukses menjadi yang terbaik, juara umum, seperti tahun lalu, ICYS ke-16 di Pszcyna, Polandia," aku Prof Suyanto PhD, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional kepada INDOPOS.

Ada tujuh medali emas, satu perak, dan tiga perunggu yang berhasil dibukukan bocah-bocan kita. Jerman di peringkat kedua, hanya dua emas, satu perak, dan empat perunggu. Sedang Rusia di posisi ketiga, dua emas, satu perak, dan tiga perunggu.

Ke-7 emas itu disumbangkan oleh Florencia Vanya Vaniara (SMA Santa Laurcncia Serpong, Banten)/Evelyn L.Wibowo dengan judul penelitian "Effect of Stem Cell and Mangosteen Peel Extact on Abnormal Cells".

Lalu. Muhammad Kautsar (SMAN 6 Jogjakarta)/Dian Sar-tika Sari/Dhicha Putri Maharani/ Hidayu Permata Hardi dengan judul "Sweitenia Oil The Use of Mahagony Seed os Bio-Oil Alternative and The Use of Production Waste as Electris Mosquito Repellent".

Lalu Oki Novendra (SMAN 1 Bogor) dengan penelitian berjudul "Mathematical Explanation on the Death of Michael Jackson". Kemudian. Dwiky Rendra Graha Subekti (SMATheresiana 1 Semarang) dengan judul penelitian "Big Match Suka Kelor Caramel vs Malnutrition", Sonny Lazuardi N (SMAN 5 Bandung) dengan judul "Portable Protection Everywhere", Miftah Yama Fauzan (SMAN 1 Sidoarjo) dengan judul "Development of Smart Electric Gun with Adaptive Bullet Speed", dan Andreas Widi Purnomo (SMA Santa Laurensia Serpong, Banten)/Aldo Vitus Wirawan dengan judul penelitian "Green Energy Source Centripetal Water Turbine".

Reputasi anak-anak cerdas Indonesia tidak hanya di Bali saja. Di even internasional lain, mereka selalu menguasai perolehan medali. Apa yang bisa "dibaca" dari rangkaian prestasi dunia tersebut?

Pertama, potensi kemampuan dan kecerdasan anak-anak muda negeri ini tidak kalah dibandingkan dengan Eropa, AS, dan Asia. Bahkan, jika berkali-kali menjadi juara umum, itu sudah bisa dikatakan, lebih hebat dari negaramanapun. Kedua, sekolah-sekolah sudah memberikan support yang optimal bagi mereka untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, kualitas guru pembimbing dan teknik mengajar mereka semakin efektif. Keempat, atmosfer kompetisi dan adu kreativitas anak-anak muda semakin kondusif. Dalam suasana seperti inilah yang dibutuhkan untuk maju dan berkembang.

Kelima, kebijakan di manajemen pendidikan dasar dan menengah Kemendiknas semakin memperlihatkan impact-nya. Dorongan untuk go international, tidak hanya menjadi jago kandang atau katak dalam tempurung kian terbukti. Mereka tidak hanya hebat secara internal, juga terbukti canggih di arena persaingan kreativitas anak-anak muda dunia.

Bukan hanya prestasi science-nya yang membanggakan, tetapi mereka bisa menjadi bibit-bibit unggul yang akan membantu membangun negeri. Menjadi ujung tombak pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan memberi peluang-peluang pekerjaan baru di masa depan. Tetapi, potensi-potensisuper itu harus dirawat dengan konsistensi. Mereka harus mendapatkan ruang yang lebar untuk tetap nyaman berkarya, berinovasi, berkreasi, dan berkembang.

Kalau bibitnya sudah hebat* idealnya out put-nya juga hebat. Tetapi, ada variabel lain yang turut menentukan nasib dan masa depan mereka. Apakah mereka masih tetap konsisten dengan karya-karya inovatifnya? Atau, salah arah dan kehilangan kendali? "Itulah pentingnya lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Selain lingkungan akademis di sekolah. Karena itu. peran orang tua dan teman bermain memberi andil besar bagi anak-anak hebat tersebut," ucap Prof Suyanto PhD.

Mantan rektor UNY Jogjakarta itu meyakini, banyak bibit unggul di negeri ini yang hebat-hc-bat. Karena. Tuhan menciptakan manusia ini dengan sebaran dan kualitas dasar yang merata. Jika disentuh dengan lingkungan keluarga dan sosial yang kondusif, mereka akan semakin dahsyat. Yang dibutuhkan adalah lingkungan yang mendorong mereka untuk bergairah untuk berlatih, berusaha keras, dan terus belajar.

Gary Provost dalam buku " 100

Ways to Improve Your Writing" mencontohkan keahlian menulis itu 10 persen karena bakat, sisanya 90 persen karena berlatih dan belajar. Kemauan, jauh lebih penting dan menentukan dan kemampuan. Sama halnya dengan maestro musik jazz. Bill Amir-sjah-Rondahaim Saragih Garing-ging, yang lahir di di Sindar Ra* ya, Simalungun. Sumatera Utara, 1 Januari 1933. Dia malah menyebut, dalam bermusik pun, bakal itu hanya 1 persen, sisanya 99 persen adalah berusaha.

Apalagi, kalau bakat dari dalam sudah punya, semangat dari lingkungan sosial dan keluarganya searah dengan minat dan bakarnya? Tentu akan menghasilkan resultant yang serba super. Prof Suyanto pun selalu mengingatkan orang tua anak-anak hebat hasil seleksi jutaan siswa yang akan diikutkan dalam olimpiade fisika, kimia, matematika, biologi, lingkungan, dan lainnya, agar tetap menjaga keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Antara kegiatan berpikir dan rno-torik, antara fisik dan nonfisik.

Seperti yang dilakukan Prof Suyanto PhD dan Dr Didik Suhardi SH, Msi, Direktur SMP saat memberikan sambutan pe-nutupan persiapan olimpiade internasional buat anak-anak SMP di P4TK. Bandung, pekan lalu. Mereka beberapa bulan di camp, di Kota Bunga tersebut. "Saya bangga, dan senang melihat ekspresi kalian, setelah lolos dan mewakili Indonesia di arena internasional," ucap pria asal Nganjuk. Jawa Timur, ini.

Anak-anak SMP itu kelihatan lepas, tidak canggung, bahkan bisa bernyanyi bersama lagu "Laskar Pelangi" -nya Nidji. Dirjen yang hobi mengenakan batik itupun bertanya, "Siapa yang punya stok nyanyian lebih dari 10 lagu?" Tak satu pun yang menunjuk jari. Mereka saling memandang teman-temannya. Dirjen pun berkata. "Hebat, berarti Anda punya stok lebih dari 20 lagu ya?" Audience pun tertawa mendengar kesimpulan yang dipelesetkan itu.

Dirjen balik bertanya/Kalau 5--10 lagu? Ada yang hafal?" Anak-anak SMP yang sudah menjalani pembinaan khusus itu pun terdiam, ada yang menyembunyikan muka, tersenyum, saling menunggu. Suyanto pun menambah satu pertanyaan lagi, "Kalau satu lagi saja? Siapa yang bisa? Tunjuk jari!" Masih saja tidak ada yang mengacungkan jari. Maka, pertanyaan berikutnya diluncurkan. "Siapa yang tidak bisa menyanyi sama sekali, satu lagu pun?" Itu juga tidak dijawab!

"Halo? Apakah ada orang di depan saya? Apa ada yang tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia?" tanya Suyanto yang disambut tertawa. Anak-anak SMP terpilih itu anak pintar, ber-IQ tinggi, sudah teruji lolos ujian, pilihan dari jutaan anak. Tetapi, menjawab pertanyaan sepele soal kemampuan menyanyikan sebuah lagu saja, (idak sanggup?

Itu yang disebut Suyanto, tidak seimbang. Di forum itu dia mengingatkan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid agar mengaktifkan otak kanan, imajinasi, seni, dan humor pada anak-anak itu. "Tiga tahun lalu, di tempat ini. saya menyalami juara-juara olimpade juga. Mereka tanpa ekspresi, tidak tersenyum, apalagi tertawa, tangannya dingin, seperti mumi saja!" ucap

Suyanto.

"Mereka harus belajar aspek lain, dengan motivasi tinggi dan smart, agar tidak hanya menjadi jagoan science dan matematika. Otak kiri kalian, tidak diragukan lagi. Nah, otak kanannya juga harus diasah, agar menjadi manusia yang utuh dan mampu memperbaiki indeks pembangunan manusia Indonesia, atau HDL" katanya.

Bukan Prof Suyanto kalau tidak bisa membuat anak-anak "kutu buku" itu terpingkal-pingkal. Dia menjelaskan, jika mereka juara olimpiade, akan memperoleh beasiswa di sekolah manapun yang dia suka. Termasuk, jika di SMA juara olimpiade, juga berhak melanjutkan ke mana saja, di dalam dan luar negeri dengan gratis.

"Saya ingin tahu, siapa yang ingin melajutkan sampai S-3?" tanya Suyanto. Anak-anak itu kembali tidak menjawab. "Yang ingin sampai S-2? Atau Master?" katanya. Itu pun sulit dijawab. "Kalau yang ingin sampai lulus di S-l saja?" tanyanya. Pertanyaan ketiga pun, rupanya susah memperoleh respons audience yang rata-rata jagoan matematika. Fisika, kimia itu.

Suyanto pun, dengan intonasi yang lebih tinggi bertanya, "Kalau yang hanya ingin lulus SMA saja? Boleh tunjuk jari?" Beberapa saat Suyantp mengamati sayap kanan dan kiri. Tidak ada yang mengacungkan jari, apalagi sambil berdiri. "Kalau begitu, selamat. Anda sudah mensukseskan Wajib Belajar 9Tahun!" closing Suyanto, yang lagi-lagi membuat mereka berbahak-bahak. Karena Wajar 9 tahun itu adalah SD-SMP saja.

Dr. Bambang Indriyanto, sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, menambahkan, persiapan tim Indonesia memang sangat perfect. "Mereka membuktikan bahwa sains itu bukan hal yang menakutkan. Justru sebaliknya, menjadi hal yang mengasyikkan." tambahnya.

Bagaimana data prestasi anak-anak Indonesia sepanjang 2009? Ikuti sambungan laporan ini edisi besok, (don/bersambung)

Entitas terkait7th | Abnormal | Apakah | Audience | Bali | Bambang | Bill | Death | Development | Dian | Dirjen | Dorongan | Effect | Evelyn | ICYS | Ikuti | Indonesia | Indonesiatersenyum | IQ | Itulahyang | Jawa | Jerman | Juarajuga | Justru | Kemendiknas | Koki | Laskar | Mantan | Michael | Otak | Pertanyaan | Prestasi | Reputasi | Sindar | SMA | SMAN | SMP | Sukses | Sumatera | Suyanto | Suyantp | Tentu | Theresiana | Tuhan | Tunjuk | Ways | Wibowo | Adaptive Bullet | Anak Negeri | Arena ICYS | Dhicha Putri | Direktur SMP | Electris Mosquito | Gary Provost | Grand Bali | Hotel Inna | Improve Your | Karena Wajar | Kota Bunga | Mahagony Seed | Mathematical Explanation | Merah Putih | Muhammad Kautsar | Oil Alternative | Otak Kanan | Pelajar SMA | Portable Protection | Production Waste | Prof Suyanto | Rondahaim Saragih | Sedang Rusia | Stem Cell | The Use | UNY Jogjakarta | Wajib Belajar | Aldo Vitus Wirawan | Andreas Widi Purnomo | Balik Prestasi Internasional | Bukan Prof Suyanto | Dr Didik Suhardi | Florencia Vanya Vaniara | Hidayu Permata Hardi | Kementerian Pendidikan Nasional | Lalu Oki Novendra | Mangosteen Peel Extact | Menengah Kementerian Pendidikan | Miftah Yama Fauzan | SMA Santa Laurcncia | SMA Santa Laurensia | Smart Electric Gun | Sonny Lazuardi N | Dwiky Rendra Graha Subekti | International Conferenceof Young Scientists | Mengisi Otak Kiri Seimbang | Sweitenia Oil The Use | Big Match Suka Kelor Caramel | Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar | Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar | Green Energy Source Centripetal Water |
Ringkasan Artikel Ini
Koki di Balik Prestasi Internasional Anak-Anak Negeri di Arena ICYS (1). MEREKA itu anak-anak hebat, yang diseleksi dengan hebat, yang di-support dengan hebat, lalu dibina dan diarahkan dengan hebat pula. "Indonesia mengulang sukses menjadi yang terbaik, juara umum, seperti tahun lalu, ICYS ke-16 di Pszcyna, Polandia," aku Prof Suyanto PhD, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional kepada INDOPOS. Bukan hanya prestasi science-nya yang membanggakan, tetapi mereka bisa menjadi bibit-bibit unggul yang akan membantu membangun negeri. Jika disentuh dengan lingkungan keluarga dan sosial yang kondusif, mereka akan semakin dahsyat. Yang dibutuhkan adalah lingkungan yang mendorong mereka untuk bergairah untuk berlatih, berusaha keras, dan terus belajar. Prof Suyanto pun selalu mengingatkan orang tua anak-anak hebat hasil seleksi jutaan siswa yang akan diikutkan dalam olimpiade fisika, kimia, matematika, biologi, lingkungan, dan lainnya, agar tetap menjaga keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Seperti yang dilakukan Prof Suyanto PhD dan Dr Didik Suhardi SH, Msi, Direktur SMP saat memberikan sambutan pe-nutupan persiapan olimpiade internasional buat anak-anak SMP di P4TK. Dirjen yang hobi mengenakan batik itupun bertanya, "Siapa yang punya stok nyanyian lebih dari 10 lagu?" Anak-anak SMP yang sudah menjalani pembinaan khusus itu pun terdiam, ada yang menyembunyikan muka, tersenyum, saling menunggu. Di forum itu dia mengingatkan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid agar mengaktifkan otak kanan, imajinasi, seni, dan humor pada anak-anak itu. "Mereka harus belajar aspek lain, dengan motivasi tinggi dan smart, agar tidak hanya menjadi jagoan science dan matematika. Nah, otak kanannya juga harus diasah, agar menjadi manusia yang utuh dan mampu memperbaiki indeks pembangunan manusia Indonesia, atau HDL" katanya. Suyanto pun, dengan intonasi yang lebih tinggi bertanya, "Kalau yang hanya ingin lulus SMA saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger